Minggu, 18 Agustus 2013

PENGAGUM RAHASIA


Dear Fiona,

Aku hanya bisa mengagumimu dengan sederhana ketika derap langkahmu terdengar indah ditelinga. Memunculkan debaran rasa yang tidak menentu.  Aku hanya bisa memujamu dari sini, dari sisi gelapku yang tidak pernah kau lihat. Aku akan selalu menjadi pemujamu dengan segala hal yang ada dalam dirimu. 

Selamat pagi.
                                                                                                            -CA-

Aku melipat kembali surat yang baru aku baca dan memasukkannya kembali dalam amplop warna pink bergambar hello kitty. Sudah beberapa hari ini setiap pagi ketika aku tiba disekolah, dimejaku sudah tergeletak setangkai mawar putih dan surat berjenis sama dan tanpa nama. Hanya ada inisial huruf CA di pojok kanan bawah suratnya.

“ Surat dari penggemar rahasiamu lagi?” suara Lira, sahabatku membuatku sedikit kaget. Surat yang aku pegang tadi kini sudah berpindah ketangannya. Aku bisa menebak sebentar lagi dia pasti dengan nada menjengkelkannya itu akan mengolok-olokku. 

“Ini romantis, Fiona. Sungguh. Mawar putih dan puisi – puisi yang kamu dapatkan setiap hari. Ah, biar aku menebak. Pasti dia orang yang sungguh romantis”.

“Menurutmu itu menyenangkan dan romantis? Bahkan itu adalah hal konyol dan sungguh tidak lucu.” Aku memelototkan mata ke arah Lira, sambil mengacak pinggang. Dia hanya tertawa melihat ekspresiku, dia selalu berusaha meyakinkan aku bahwa itu adalah hal yang romantis baginya dan sama sekali tidak menurutku.

“Kamu harus melakukan sesuatu. Kamu harus menulis surat balasan untuknya. Kamu harus bertemu dengannya dan aku akan senang hati membantumu”.

“Mau bertemu denganku?” suara berat Alex, sahabatku yang terbiasa selalu datang terlambat ikut bergabung setelah meletakkan ranselnya dimeja disamping tempat dudukku.

“Bukan kamu Alex. Dengar kita berdua harus membantu Fiona untuk menemukan pengagum rahasianya. Agar dia tidak penasaran lagi”.

“Dengar Lira, aku tidak pernah merasa penasaran. Dia itu tidak lebih dari seorang pengecut bagiku. Alex, berikan buku PR-mu. Aku akan menyalinnya”.

“Apakah kamu tidak ingin bertemu dengan pengagummu itu?” tanya Alex seraya memberikan buku PR-nya.

"Hentikan ocehanmu, Alex"
 ***

Akhir – akhir ini aku benci berangkat sekolah pagi – pagi. Surat dari entah siapa itu membuatku agak risih. Sudah beberapa minggu mawar putih dan surat itu selalu ada dimejaku tanpa absen barang sehari pun.

Seperti pagi ini, saat aku memasuki kelasku yang masih sepi dimejaku sudah ada mawar putih dan surat seperti biasa seperti hari sebelumnya. Dengan malas aku membuka amplop dan mengeluarkan surat itu lalu membacanya.

Dear Fiona,

Ada saat-saat aku merasa menjadi lelaki yang paling bodoh dan pengecut. Hanya bisa menyapamu lewat tulisan singkat. Tapi aku merasa nyaman dengan semua yang kulakukan ini. Kadang logika menertawakan hati. Aku tidak tahu harus apa dan bagaimana. Mungkin hingga saatnya tiba kau akan mengerti.

Selamat pagi.
                                                                                                            -CA-

Handphoneku berbunyi. Satu pesan masuk dari Alex yang menyuruhku segera ke kantin. Karena dia dan Lira sudah menungguku dari tadi disana. Akupun bergegas setelah memasukkan surat dan mawar putih itu ke dalam ranselku.

“ Kenapa mukanya kusut begitu?” sapa Alex ketika aku sudah berada di kantin.

“Apalagi yang membuat dia terlihat kusut kalau bukan surat-surat dari penggemarnya itu” Lira terkekeh.

“ sudahlah, kalau kalian membicarakannya aku akan pergi dari sini” aku sudah ingin beranjak pergi ketika Alex memegang tanganku, menyuruhku duduk kembali.

“Ada yang ingin aku sampaikan pada kalian berdua. Maafkan aku mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita disekolah. Karena minggu besok setelah aku selesai beribadah di gereja, aku akan berangkat ke Paris melanjutkan sekolahku di sana”.

“Kenapa mendadak sekali? Kamu masih bisa pergi setelah kita lulus SMA nanti. Kenapa harus sekarang? 

“Fiona, ayahku sudah mengurus semuanya dan besok aku harus berangkat”

“Kenapa kamu baru memberitahu kami sekarang? Apa kamu menganggap aku dan Fiona tidak penting?”

“ tidak begitu, Lira. Kalian sangat penting bagiku. Kalian sahabat terbaikku. Sudahlah kita masih bisa berkomunikasi  bukan? Ada Facebook, Twitter, BBM, ada video call juga. Sesekali juga aku akan balik ke Indonesia”

“ kami akan mengantarmu besok. Aku dan Lira akan menunggu diluar gereja sampai kau selesai beribadah"

***

Ada rasa kehilangan juga ketika berpisah dengan Alex di bandara tadi. Aku tidak dapat menyembunyikan rasa sedihku. Aku menangis sejadi-jadinya. Hingga didetik – detik terakhir keberangkatannya pun Alex masih saja sibuk membujukku, meyakinkan semuanya akan baik-baik saja. 

Aku teringat sesuatu. Sebelum Alex berangkat dia memberi sebuah surat untukku. Surat bersampul warna ungu itu aku buka lalu aku baca tulisannya disana.

Dear Fiona,

Perkenalkan, aku adalah pengagum rahasiamu yang sudah lama ada dihidupmu tapi tak pernah kau sadari. Aku adalah pengagum rahasiamu yang selalu memperhatikanmu diam-diam ketika kau berjalan di sampingku sepulang sekolah. Ketika kau tidur dikelas saat pelajaran yang menurutmu membosankan. Ketika kau mulai jengkel dengan sikapku yang selalu mengganggumu. Aku adalah pengagum rahasiamu yang benar paling menginginkanmu dihari-harinya karena begitu mencintaimu.

Kadang kala aku mengingkari perasaan ini terhadapmu. Tapi hati ini selalu meyakinkan aku bahwa itu adalah yang paling benar. Adakala aku merasa gila dengan rindu ini yang sungguh sangat membuatku terpuruk dan terjatuh. 

Kau sudah tahu kan sekarang siapa yang selalu mengirimmu mawar putih disetiap paginya? Kau pernah mengatakannya bahwa dia adalah seorang pengecut. Ya benar. Aku adalah seorang pengecut. Aku selalu menertawakan tingkah bodohku itu. Aku hanya berani menyapamu lewat tulisan singkat. Aku hanya bisa jatuh cinta diam – diam padamu.

Andai saja mudah mengatakan cinta ketika kita memiliki perbedaan. Apakah perbedaan ini hanya akan menjadi penghalang? Apakah cinta dan agama tidak bisa disatukan? Aku hanya tidak tahu jawabannya.

                                                                                                            -Cristiano Alex-







Tidak ada komentar: