Ini adalah kisah dimana saat itu aku memasuki tahun ketiga di Universitasku. Sebenarnya kisah ini tidak begitu istimewa, tapi bagiku kisah ini tidak sesederhana yang orang lain pikirkan. Kisah dimana aku pertama kali bertemu dengan dia, kisah yang tidak bisa aku pungkiri bisa merubah seluruh perasaanku.
Aku tidak tahu bagaimana aku bisa begitu tertarik dengannya. Kata teman-temanku dia sosok yang biasa saja. Tapi bagiku sosoknya tidak sesederhana yang mereka pikirkan. Ada sesuatu dalam dia yang entah aku tidak bisa jelaskan. Rasanya aku selalu ingin bertemu dengannya. Mengamati tiap detail wajahnya dan ingin selalu melihat lengkungan sempurna dibibirnya ketika dia sedang tersenyum. Manis.
Hari - hari terus berlalu diwarnai dengan pertemuan-pertemuan tak sengaja didalamnya. Seperti pada suatu hari ketika aku melangkah pelan menuju taman di kampusku. Aku tidak sengaja bertemu dengannya. Dia sedang duduk disalah satu kursi di pinggir taman dengan earphone dikedua telinganya. Sambil sesekali bersenandung pelan mengikuti irama lagu yang sedang dia dengarkan. Dia memamerkan senyumnya yang manis itu padaku dan mempersilahkanku untuk duduk. Ah, sopan sekali. Aku rasa dia tahu bagaimana caranya memperlakukan wanita dengan baik. Aku suka.
Dari hari ke hari aku rasa aku semakin akrab dengannya. Aku dan dia sering menghabiskan waktu bersama biarpun hanya sekedar makan siang bersama di kantin jika sedang tidak kuliah, ataupun sekedar minum kopi di luar kampus di cafe langganan kami. Tidak bisa dipungkiri lagi, aku semakin mengharap lebih darinya.
Suatu siang itu ketika aku baru selesai kuliah, dia mengajakku minum kopi ditempat langganan kami. Cafe yang terletak di samping kampus. Saat itu aku sudah menunggunya hampir setengah jam dari waktu yang dia tentukan. Di luar, hujan mulai turun dari yang tadi hanya rintik - rintik jarang berubah menjadi deras. Harum aroma tanah basah bisa tercium. Aku selalu suka bau khas tanah selagi hujan, mengasyikan.
Ketika asyik memperhatikan hujan, aku tak sadar dia sudah berdiri disampingku memukul pelan pundakku. Dia terlihat sedikit basah. Ada bercak - bercak air di bajunya Rambutnya yang basah ikut-ikutan terjuntai ketika dia sedikit memperbaiki bajunya. Aku menoleh dan tersenyum. Ternyata dia tidak datang sendiri. Dia bersama seorang wanita. Ah, dia cantik. Wanita itu bergelayut sangat manja dilengannya yang kokoh.
Dia memperkenalkan wanita itu sebagai...ah iya aku tidak salah dengar. Wanita cantik yang terseyum ke arahku itu benar kekasihnya. Pasangan yang serasi memang. Aku mencoba tersenyum tulus kepada wanita itu seraya menjabat tangannya memperkenalkan diri. Aku hanya bisa terpaku tanpa mengerjap. Ternyata laki-laki yang membuatku gila akhir-akhir ini sudah punya kekasih. Aku salah sudah berharap terlalu besar padanya, aku pikir, aku adalah satu-satunya wanita yang tengah dekat dengannya sekarang.
Aku adalah wanita yang kuat. Aku tidak gampang menangis. Tapi kenapa sekarang aku menjadi sensitif? Aku berusaha tersenyum, menanggapi lelucon - lelucon mereka. Ah, dia sama sekali tidak memperhatikan perubahan raut wajahku. Dia benar tidak menganggapku lebih dari teman selama ini. Aku ingin menangis, berteriak. Tapi untuk apa? Bukankah aku bukan siapa-siapa baginya? Bukankah aku tidak lebih dari sekedar teman baginya?
Lalu untuk apa aku bersedih? Untuk cemburupun aku tidak berhak :)
Dari hari ke hari aku rasa aku semakin akrab dengannya. Aku dan dia sering menghabiskan waktu bersama biarpun hanya sekedar makan siang bersama di kantin jika sedang tidak kuliah, ataupun sekedar minum kopi di luar kampus di cafe langganan kami. Tidak bisa dipungkiri lagi, aku semakin mengharap lebih darinya.
Suatu siang itu ketika aku baru selesai kuliah, dia mengajakku minum kopi ditempat langganan kami. Cafe yang terletak di samping kampus. Saat itu aku sudah menunggunya hampir setengah jam dari waktu yang dia tentukan. Di luar, hujan mulai turun dari yang tadi hanya rintik - rintik jarang berubah menjadi deras. Harum aroma tanah basah bisa tercium. Aku selalu suka bau khas tanah selagi hujan, mengasyikan.
Ketika asyik memperhatikan hujan, aku tak sadar dia sudah berdiri disampingku memukul pelan pundakku. Dia terlihat sedikit basah. Ada bercak - bercak air di bajunya Rambutnya yang basah ikut-ikutan terjuntai ketika dia sedikit memperbaiki bajunya. Aku menoleh dan tersenyum. Ternyata dia tidak datang sendiri. Dia bersama seorang wanita. Ah, dia cantik. Wanita itu bergelayut sangat manja dilengannya yang kokoh.
Dia memperkenalkan wanita itu sebagai...ah iya aku tidak salah dengar. Wanita cantik yang terseyum ke arahku itu benar kekasihnya. Pasangan yang serasi memang. Aku mencoba tersenyum tulus kepada wanita itu seraya menjabat tangannya memperkenalkan diri. Aku hanya bisa terpaku tanpa mengerjap. Ternyata laki-laki yang membuatku gila akhir-akhir ini sudah punya kekasih. Aku salah sudah berharap terlalu besar padanya, aku pikir, aku adalah satu-satunya wanita yang tengah dekat dengannya sekarang.
Aku adalah wanita yang kuat. Aku tidak gampang menangis. Tapi kenapa sekarang aku menjadi sensitif? Aku berusaha tersenyum, menanggapi lelucon - lelucon mereka. Ah, dia sama sekali tidak memperhatikan perubahan raut wajahku. Dia benar tidak menganggapku lebih dari teman selama ini. Aku ingin menangis, berteriak. Tapi untuk apa? Bukankah aku bukan siapa-siapa baginya? Bukankah aku tidak lebih dari sekedar teman baginya?
Lalu untuk apa aku bersedih? Untuk cemburupun aku tidak berhak :)