Malam ini
terasa begitu indah, selain bulan purnama yang dengan anggunnya menampakkan
cahaya di atas sana, bintang gemintangpun bagai ditumpahkan dari langit, terang
berkilauan. Orang – orang yang melihatnya pasti akan berdecak kagum, terpesona.
Sungguh sempurna keindahan semesta.
Ditengah
kesedihannya gadis itu selalu duduk di ayunan taman rumahnya, memandangi
bintang. Baginya dengan melihat bintang - bintang itu sedihnya sedikit
terobati, bintang dapat berdamai dengan hatinya. Dia senang. Apalagi ada satu
bintang yang paling terang tempatnya berkeluh kesah. Ya, itu bintangnya.
Gadis itu
sangat kesepian, dia butuh seseorang yang bisa mendengarkan keluh kesahnya,
yang bisa mengerti hatinya. Ah iyya, gadis itu menemukannya. Menemukan bintang yang
paling terang siap dengan segala keluh
kesahnya. Benar. Bercerita pada bintang. Setidaknya bagi gadis itu bintang
selalu ada disana, sungguh berbeda dengan manusia yang terlalu sibuk dengan
urusannya.
‘Apakah kau tidak merasa bosan
bersedih?’ Seorang lelaki yang entah bagaimana datangnya
sudah berada di samping gadis itu memecah lamunannya. Gadis itu menoleh,
menatapnya kaget. Dia belum pernah melihat orang itu sebelumnya. Orang asing.
‘Kau mau mencari siapa?’ Gadis itu memperbaiki posisi
duduknya, tetap menatap heran pada lelaki misterius itu. Wajah lelaki itu
bersih bercahaya, matanya meneduhkan. Terlihat menyenangkan.
‘Apakah kau tidak merasa bosan
bersedih?’ Lelaki
itu mengulang pertanyaannya tersenyum kepada gadis itu. Tatapannya meneduhkan.
‘Itu bukan urusanmu. Astaga, bahkan
aku tidak mengenalmu.’ Gadis itu memandang tidak sopan kepada lelaki didepannya. Sama sekali
tidak mengerti apa yang diinginkan lelaki itu. Tiba – tiba datang dan
menanyakan yang bukan urusannya. Menyebalkan.
Lelaki itu
tersenyum sabar.
‘Namaku bintang. Cobalah Lihat ke
atas sana dan kau tidak akan menemukan bintangmu yang paling terang itu lagi
sekarang’. Lelaki
itu tertawa kecil membentangkan kedua tangan di bangku. Bersandar memandang
langit.
Gadis itu
menurut melihat ke atas. Terperangah.
Ah, benar saja bintangnya sudah tidak ada di sana. Gadis itu menatap gusar pada
lelaki itu. Yang ditatap hanya menyeringai.
‘Apa ada yang ingin kau ceritakan
lagi denganku malam ini? Aku akan mendengarkannya seperti malam-malam
sebelumnya. Ah benar, kau sedang bertemu langsung dengan bintangmu itu kalau
kau ingin tahu.’
Gadis itu
mengangkat muka menoleh pada lelaki itu. Bingung. Apa pula yang dikatakan
lelaki aneh ini? Apa lelaki didepannya ini gila?
‘Apakah kau gila? Ah, sudahlah jika
urusanmu sudah selesai pergilah dari sini. Aku hanya ingin sendiri.’
‘aku hanya ingin menemanimu saja. aku akan menjadi pendengar yang baik untuk ceritamu. Kau
tahu aku hanya tidak ingin melihatmu bersedih. Menyendiri itu hanya akan
meciptakan kesedihan baru. percayalah’
‘sudahlah, kau tidak akan mengerti
kesedihanku’ gadis
itu menatap gusar, memandang tidak senang kepada lelaki dihadapannya. Gadis itu
mengalihkan pandangannya ke atas, Ah, bintangnya tetap tidak terlihat.
Udara malam
itu semakin dingin. Tidak terdengar suara aktivitas manusia lagi. Sepi. Hanya ada suara binatang malam memecah
keheningan.
‘aku mengerti, bukankah setiap kali kau
bersedih kau selalu membaginya denganku? Kau selalu bercerita padaku dari
sini.’ Lelaki itu tertawa pelan. Memandang lembut gadis didepannya.
‘Kau terlalu perasa. Cobalah berdamai dengan
hatimu, berdamai dengan keadaan. Dan kau akan berdamai dengan kesedihanmu. dan berjanjilah padaku kau akan tersenyum selalu. Lelaki
itu tersenyum, beranjak dari tempat duduknya. Hendak pergi.
‘Kau mau kemana?’
‘aku tidak bisa berlama-lama disni. semesta
kita berbeda, Ragashi. tapi yang pasti aku akan selalu
ada untukmu. Menjadi bintang yang paling terang untukmu. Disana..’
Lelaki itu
menunjuk ke atas. Gadis itu mengikuti. Bintangnya sudah terlihat kembali. Dia
tersenyum dan menoleh pada lelaki tadi. Tapi lelaki tadi telah menghilang.
Siapa lelaki
tadi? Apakah dia bintangnya? Tetapi bagi gadis itu pertemuannya sedikit banyak
mendamaikan hatinya. Wajahnya meneduhkan jiwanya. Andai bisa bertemu lagi.
‘Jika dia bintang, biarlah tetap disana, aku
ingin selalu melihat cahayanya’
‘ Jika itu bintang, tetaplah menjadi
bintangku..’