Kamis, 25 Juli 2013

JIKA ITU BINTANG

Malam ini terasa begitu indah, selain bulan purnama yang dengan anggunnya menampakkan cahaya di atas sana, bintang gemintangpun bagai ditumpahkan dari langit, terang berkilauan. Orang – orang yang melihatnya pasti akan berdecak kagum, terpesona. Sungguh sempurna keindahan semesta.

Ditengah kesedihannya gadis itu selalu duduk di ayunan taman rumahnya, memandangi bintang. Baginya dengan melihat bintang - bintang itu sedihnya sedikit terobati, bintang dapat berdamai dengan hatinya. Dia senang. Apalagi ada satu bintang yang paling terang tempatnya berkeluh kesah. Ya, itu bintangnya.

Gadis itu sangat kesepian, dia butuh seseorang yang bisa mendengarkan keluh kesahnya, yang bisa mengerti hatinya. Ah iyya, gadis itu menemukannya. Menemukan bintang yang paling terang  siap dengan segala keluh kesahnya. Benar. Bercerita pada bintang. Setidaknya bagi gadis itu bintang selalu ada disana, sungguh berbeda dengan manusia yang terlalu sibuk dengan urusannya.

‘Apakah kau tidak merasa bosan bersedih?’  Seorang lelaki yang entah bagaimana datangnya sudah berada di samping gadis itu memecah lamunannya. Gadis itu menoleh, menatapnya kaget. Dia belum pernah melihat orang itu sebelumnya. Orang asing.

‘Kau mau mencari siapa?’ Gadis itu memperbaiki posisi duduknya, tetap menatap heran pada lelaki misterius itu. Wajah lelaki itu bersih bercahaya, matanya meneduhkan. Terlihat menyenangkan. 

‘Apakah kau tidak merasa bosan bersedih?’ Lelaki itu mengulang pertanyaannya tersenyum kepada gadis itu. Tatapannya meneduhkan.

‘Itu bukan urusanmu. Astaga, bahkan aku tidak mengenalmu.’ Gadis itu memandang tidak sopan kepada lelaki didepannya. Sama sekali tidak mengerti apa yang diinginkan lelaki itu. Tiba – tiba datang dan menanyakan yang bukan urusannya. Menyebalkan.

Lelaki itu tersenyum sabar.
‘Namaku bintang. Cobalah Lihat ke atas sana dan kau tidak akan menemukan bintangmu yang paling terang itu lagi sekarang’. Lelaki itu tertawa kecil membentangkan kedua tangan di bangku. Bersandar memandang langit.

Gadis itu menurut melihat ke atas.  Terperangah. Ah, benar saja bintangnya sudah tidak ada di sana. Gadis itu menatap gusar pada lelaki itu. Yang ditatap hanya menyeringai.

‘Apa ada yang ingin kau ceritakan lagi denganku malam ini? Aku akan mendengarkannya seperti malam-malam sebelumnya. Ah benar, kau sedang bertemu langsung dengan bintangmu itu kalau kau ingin tahu.’
Gadis itu mengangkat muka menoleh pada lelaki itu. Bingung. Apa pula yang dikatakan lelaki aneh ini? Apa lelaki didepannya ini gila?

‘Apakah kau gila? Ah, sudahlah jika urusanmu sudah selesai pergilah dari sini. Aku hanya ingin sendiri.’ 

‘aku hanya ingin menemanimu saja. aku akan menjadi pendengar yang baik untuk ceritamu. Kau tahu aku hanya tidak ingin melihatmu bersedih. Menyendiri itu hanya akan meciptakan kesedihan baru. percayalah’

‘sudahlah, kau tidak akan mengerti kesedihanku’ gadis itu menatap gusar, memandang tidak senang kepada lelaki dihadapannya. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke atas, Ah, bintangnya tetap tidak terlihat.

Udara malam itu semakin dingin. Tidak terdengar suara aktivitas manusia lagi.  Sepi. Hanya ada suara binatang malam memecah keheningan.

aku mengerti, bukankah setiap kali kau bersedih kau selalu membaginya denganku? Kau selalu bercerita padaku dari sini.’ Lelaki itu tertawa pelan. Memandang lembut gadis didepannya.

Kau terlalu perasa. Cobalah berdamai dengan hatimu, berdamai dengan keadaan. Dan kau akan berdamai dengan kesedihanmu. dan berjanjilah padaku kau akan tersenyum selalu. Lelaki itu tersenyum, beranjak dari tempat duduknya. Hendak pergi.

Kau mau kemana?’

‘aku tidak bisa berlama-lama disni. semesta kita berbeda, Ragashi. tapi yang pasti aku akan selalu ada untukmu. Menjadi bintang yang paling terang untukmu. Disana..’ 

Lelaki itu menunjuk ke atas. Gadis itu mengikuti. Bintangnya sudah terlihat kembali. Dia tersenyum dan menoleh pada lelaki tadi. Tapi lelaki tadi telah menghilang.

Siapa lelaki tadi? Apakah dia bintangnya? Tetapi bagi gadis itu pertemuannya sedikit banyak mendamaikan hatinya. Wajahnya meneduhkan jiwanya. Andai bisa bertemu lagi.

Jika dia bintang, biarlah tetap disana, aku ingin selalu melihat cahayanya’
‘ Jika itu bintang, tetaplah menjadi bintangku..’



Senin, 22 Juli 2013

RINDU

Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga baik – baik saja ya, cuaca sedang buruk-buruknya terlebih kamu mudah terkena flu.
Jangan buat aku khawatir ya, terlebih akhir - akhir ini kita terlalu sering bertengkar, apa karena rindu yang sudah membuncah? Apa karena keinginan yang terlalu besar untuk bertemu itu terkalahkan oleh jarak? Ah, jarak hanya masalah waktu. Tapi apakah kita sedang dipermainkan oleh waktu?

Ah benar saja, saat terpisah jarak, waktu menciptakan rindu dan  rindu ini memperburuk semuanya, aku sudah tidak bisa membujuk hatiku agar berdamai dengan rindu, aku tidak bisa menenangkan rindu ini sendirian. Ah, sudahlah mungkin kau takkan paham.
Maafkan aku yang selalu mendahulukan rasa kesalku, aku pikir hatiku sudah terjajah rindu. Apakah sikapku membuatmu serba salah? Ah tidak, aku tidak bermaksud membuatmu seperti itu, sekali lagi maafkan aku.  Semoga kamu mengerti ya.

Jangan kamu pikir aku berubah ya. Tidak, aku masih sama seperti sebelum kita berpisah dulu, aku akan menjadi kekasih terbaikmu seterusnya.

Buat aku semakin jatuh cinta lagi dengan kesabaranmu ya, Sayang..